Nama : Hottua Simangunsong
NIM : 1112003034
Apakah generasi muda dan pelajar sudah membela negaranya ?
Topik : Bela Negara
Kesadaran bela negara itu hakikatnya kesediaan berbakti pada negara dan kesediaan berkorban membela negara. Spektrum bela negara itu sangat luas, dari yang paling halus, hingga yang paling keras. Mulai dari hubungan baik sesama warga negara sampai bersama-sama menangkal ancaman nyata musuh bersenjata.[1]Yang ingin saya angkat dalam dewasa ini ialah kesadaran bela negara harus ada didalam diri generasi muda dan pelajar, generasi muda dan pelajar harus membela negaranya dengan bersikap dan berbuat yang terbaik bagi bangsa dan negara Indonesia.
Yang ingin saya bahas adalah contoh sederhana yang ada dalam kegiatan belajar mengajar, salah satunya : melihat raut wajah murid-murid sekolah ketika pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, atau mungkin yang dirasakan didalam diri kita yang pernah belajar Pendidikan Moral Pancasila. Kalau gurunya bukan seorang yang cantik atau pandai melawak (itupun lawakannya di luar materi pelajaran), sepertinya saya dan teman-teman pelajar lain akan terlihat bosan dan sebentar-sebentar melihat jam dinding menanti pertolongan bel tanda kelas usai.
Ini merupakan problema besar bagi bangsa. Masa depan bangsa berada di tangan generasi muda khususnya pelajar. Mereka adalah harapan bagi bangsa dan negara. ‘Generasi yang akan membawa garuda terbang tinggi, bukan membiarkan garauda terjatuh dan hanya menjadi tontonan atau tertawaan di negara-negara lain’. Sudah sepantasnya generasi muda dan para pelajar mencurahkan energi, kekuatan dan perhatiannya demi terwujudnya masa depan bangsa yang memiliki ketahanan nasional yang tangguh. Seharusnya generasi muda dan pelajar berharap terlalu besar untuk menumbuhkan nasionalisme dari generasi tua. Mahasiswa saja sudah sulit. Nasionalisme kami generasi muda memiliki makna yang berbeda-beda. Menurut Bpk. Prof Dr Taufik Abdullah, mantan Ketua LIPI, krisis nasionalisme yang dialami bangsa Indonesia merupakan hasil sebuah proses kompleks kepemimpinan nasional yang memberikan dampak pada jiwa-jiwa rakyatnya. Bahkan dalam salah satu artikelnya ia memberikan sebuah retorika “Krisis Nasionalisme, Wacana atau Struktur Kesadaran?”.[2] tanggapan atau uraian saya mengenai tulisan Bpk. Prof Dr Taufik Abdullah, mungkin krisis nasionalisme sudah menjadi yang harus diterima oleh bangsa ini akibat sejarah kepemimpiman nasional yang semakin lama sudah tidak jelas tujuan arah Negara ini. Bahkan mungkin krisis nasionalisme itu tidak mungkin berhenti. Dengan demikian kaum pelajar digenerasi sekarang tidak masuk dalam kategori yang terkena krisis nasionalisme karena mereka sudah terbawa bahkan mungkin tidak mengerti nasionalisme, atau termasuk lugu pada kasus ini. Terkecuali mereka yang keluarganya menjadi korban serius sebuah rezim.
Hambatan yang didapatkan atau ditemui oleh pelajar yang ingin menumbuhkembangkan rasa cinta tanah air dan upaya bela negara adalah lingkungannya dan globalisasi. Dan jangan lupa pelajar dan generasi muda adalah ‘Digital Native’ - lahir dan besar di era digital. Generasi sekarang bisa diartikan Digital Native karena generasi muda yang lahir dan hidup dalam era internet. Yang serba instan dan mudah. Contoh yang paling sering saya lihat pada generasi sekarang yang dimana blackberry sudah merajarela sampai-sampai sekarang muncul sebuah istilah untuk orang-orang yang BBMan secara berlebihan yaitu “AUTIS”. lalu internet, yang sudah mendarah daging di zaman sekarang. Menurut saya keadaan yang konsumtif seperti sekarang ini sangat berpengaruh dalam kehidupan pelajar dan generasi muda yang semakin terlena dengan kehidupan instan, serba ada dan digital dengan budaya instan dan Pelajar lahir di masa yang memanjakan fisik dan mobilitas seseorang di mana pelajaran mengenai tugas dan kewajibannya sebagai warga negara menjadi sebuah hal yang membosankan dan jadul. Sampai suatu ketika saya pernah menanyakan soal nasionalisme kepada teman-teman saya, lalu mereka hanya bilang “hari gini nasionalis untungnya apa?”, mungkin nasionalisme itu sudah sangat jarang ditemukan di dalam diri pelajar dan generasi muda sekarang . nasionalisme yang lebih banyak saya lihat di generasi saya sekarang ketika Timnas Sepakbola Indonesia menang bertanding ketika berhadapan dengan Timnas Sepakbola Negara lain. Beda halnya ketika Timnas kalah atau dipermalukan, semuanya seperti berubah secara sekejap, mereka hanya mengolok-ngolok Timnas Sepakbola Indonesia. Semoga istilah Bela Negara dan Nasionalisme itu belum ‘mati’ di era Digital Native sekarang ini. Tapi ini adalah tugas atau pekerjaan rumah bagi kami pelajar dan generasi muda.
Upaya atau cara untuk menumbuhkan rasa bela negara bagi generasi muda dan pelajar di Indonesia:
D
Semoga ini menjadi sebuah renungan dan acuan bagi kita semua, bagi mahasiswa dan generasi muda yang mengerti tentang apa tanggungjawab kita terhadap bangsa.
Upaya atau cara untuk menumbuhkan rasa bela negara bagi generasi muda dan pelajar di Indonesia:
D
Semoga ini menjadi sebuah renungan dan acuan bagi kita semua, bagi mahasiswa dan generasi muda yang mengerti tentang apa tanggungjawab kita terhadap bangsa.
Referensi :
0 comments:
Post a Comment