Pages

Thursday, December 1, 2011



Nama              : Hottua Simangunsong
NIM                 : 1112003034

Apakah generasi muda dan pelajar sudah membela negaranya ?

Topik : Bela Negara
Kesadaran bela negara  itu hakikatnya kesediaan berbakti pada negara dan kesediaan berkorban membela negara. Spektrum bela negara itu sangat luas, dari yang paling halus, hingga yang paling keras. Mulai dari hubungan baik sesama warga negara sampai bersama-sama menangkal ancaman nyata musuh bersenjata.[1]Yang ingin saya angkat dalam dewasa ini ialah kesadaran bela negara harus ada didalam diri generasi muda dan pelajar, generasi muda dan pelajar harus membela negaranya dengan bersikap dan berbuat yang terbaik bagi bangsa dan negara Indonesia.
Yang ingin saya bahas adalah contoh sederhana yang ada dalam kegiatan belajar mengajar, salah satunya : melihat raut wajah murid-murid sekolah ketika pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, atau mungkin yang dirasakan didalam diri kita yang pernah belajar Pendidikan Moral Pancasila. Kalau gurunya bukan seorang yang cantik atau pandai melawak (itupun lawakannya di luar materi pelajaran), sepertinya saya dan  teman-teman pelajar lain akan terlihat bosan dan sebentar-sebentar melihat jam dinding menanti pertolongan bel tanda kelas usai.
Ini merupakan problema besar bagi bangsa. Masa depan bangsa berada di tangan generasi muda khususnya pelajar. Mereka adalah harapan bagi bangsa dan negara. ‘Generasi yang akan membawa garuda terbang tinggi, bukan membiarkan garauda terjatuh dan hanya menjadi tontonan atau tertawaan di negara-negara lain’. Sudah sepantasnya generasi muda dan para pelajar mencurahkan energi, kekuatan dan perhatiannya demi terwujudnya masa depan bangsa yang memiliki ketahanan nasional yang tangguh. Seharusnya generasi muda dan pelajar berharap terlalu besar untuk menumbuhkan nasionalisme dari generasi tua. Mahasiswa saja sudah sulit. Nasionalisme kami generasi muda memiliki makna yang berbeda-beda. Menurut Bpk. Prof  Dr Taufik Abdullah, mantan Ketua LIPI, krisis nasionalisme yang dialami bangsa Indonesia merupakan hasil sebuah proses kompleks kepemimpinan nasional yang memberikan dampak pada jiwa-jiwa rakyatnya. Bahkan dalam salah satu artikelnya ia memberikan sebuah retorika “Krisis Nasionalisme, Wacana atau Struktur Kesadaran?”.[2] tanggapan atau uraian saya mengenai tulisan Bpk. Prof Dr Taufik Abdullah, mungkin krisis nasionalisme sudah menjadi yang harus diterima oleh bangsa ini akibat sejarah kepemimpiman nasional yang semakin lama sudah tidak jelas tujuan arah Negara ini. Bahkan mungkin krisis nasionalisme itu tidak mungkin berhenti. Dengan demikian kaum pelajar  digenerasi sekarang tidak masuk dalam kategori yang terkena krisis nasionalisme karena mereka sudah terbawa bahkan mungkin tidak mengerti nasionalisme, atau termasuk lugu pada kasus ini. Terkecuali mereka yang keluarganya menjadi korban serius sebuah rezim.
Hambatan  yang didapatkan atau ditemui oleh pelajar yang ingin menumbuhkembangkan rasa cinta tanah air dan upaya bela negara adalah lingkungannya dan globalisasi. Dan jangan lupa pelajar dan generasi muda  adalah ‘Digital Native’ - lahir dan besar di era digital. Generasi sekarang bisa diartikan Digital Native karena generasi muda yang lahir dan hidup dalam era internet. Yang serba instan dan mudah.  Contoh yang paling sering saya lihat pada generasi sekarang yang dimana blackberry sudah merajarela sampai-sampai sekarang muncul sebuah istilah untuk orang-orang yang BBMan secara berlebihan yaitu “AUTIS”. lalu internet, yang sudah mendarah daging di zaman sekarang. Menurut saya keadaan yang konsumtif seperti sekarang ini  sangat berpengaruh dalam kehidupan pelajar dan generasi muda yang semakin terlena dengan kehidupan instan, serba ada dan digital dengan budaya instan dan Pelajar lahir di masa yang memanjakan fisik dan mobilitas seseorang di mana pelajaran mengenai tugas dan kewajibannya sebagai warga negara menjadi sebuah hal yang membosankan dan jadul. Sampai suatu ketika saya pernah menanyakan soal nasionalisme kepada teman-teman saya, lalu mereka hanya bilang “hari gini nasionalis untungnya apa?”, mungkin nasionalisme itu sudah sangat jarang ditemukan di dalam diri pelajar dan generasi muda sekarang . nasionalisme yang lebih banyak saya lihat di generasi saya sekarang ketika Timnas Sepakbola Indonesia menang bertanding  ketika berhadapan dengan Timnas Sepakbola Negara lain. Beda halnya ketika Timnas kalah atau dipermalukan, semuanya seperti berubah secara sekejap, mereka hanya mengolok-ngolok Timnas Sepakbola Indonesia. Semoga istilah Bela Negara dan Nasionalisme itu belum ‘mati’ di era Digital Native sekarang ini. Tapi ini adalah tugas atau pekerjaan rumah bagi kami pelajar dan generasi muda. 
Upaya atau cara untuk menumbuhkan rasa bela negara bagi generasi muda dan pelajar di Indonesia: menanamkan kesadaran bela Negara pada diri seorang pelajar dan generasi muda tentang perlunya peran dari pribadi yang bersangkutan dalam mempertahankan kedaulatan Negara. mungkin pelajar dan generasi muda tersebut harus menyadari bahwa dirinya sangat diperlukan dalam mempertahankan kedaulatan Negara. Bisa melalui pendidikan sejarah dan pembahasan tentang sejarah perjuangan bangsa yang harus tetap kita pertahankan.  
Dengan begitu secara dikit demi sedikit kecintaan terhadap tanah air tentunya akan tumbuh. Tentunya jika pelajar dan generasi muda mengenal tanah airnya dan upaya pengenalan dapat dilakukan melalui pelaksanaan wisata belajar, maupun berbagai jenis wisata lainnya yang tentunya akan memperluas wawasan. Untuk itu hendaknya disiapkan/disediakan sarana yang mudah dijangkau oleh pelajar, generasi muda bahkan masyarakat luas, baik yang mampu maupun tidak mampu secara finansial. 
Diberbagai macam keprofesian yang ada di dalam negeri maupun oleh berbagai macam industri dan usaha-usaha kecil dan menengah. Penempatan tenaga kerja profesional di tanah air, hendaknya diutamakan dan tidak mendahulukan tenaga asing. Kita masih sering menjumpai tenaga asing yang sebetulnya tidak professional namun mendapatkan gaji yang jauh lebih besar daripada tenaga lokal. Jika ini terus terjadi, maka akan timbul kecemburuan sosial dan merupakan suatu bentuk pelecehan yang tentunya tidak boleh dibiarkan terus terjadi.
Generasi  muda dan pelajar adalah sebuah harapan untuk membangun dan menyelamatkan Republik Indonesia dari keterpurukan dan problema  dimasa sekarang dan dimasa depan. Semoga ini menjadi sebuah renungan dan acuan bagi kita semua, bagi mahasiswa dan generasi muda yang mengerti tentang apa tanggungjawab kita terhadap bangsa.  Semoga cita-cita kita membangun bangsa dan mempertahankan kedaulatan NKRI melalui pelajar dan generasi muda selalu mendapat limpahan rahmat dan lindungan Tuhan Yang Maha Esa.

Referensi :
2.      Taufik Abdullah, mantan Ketua LIPI

0 comments:

Post a Comment

 
Copyright (c) 2010 House of Citizenship. Design by WPThemes Expert

Themes By Buy My Themes, Gifts for GirlFriend And Skull Belt Buckles.