Pages

Friday, December 30, 2011

IDENTITAS NASIONAL

Identitas adalah suatu ungkapan ciri atau nilai yang dimiliki oleh suatu bangsa. Nilai tersebut merupakan ciri khas dan hanya dimiliki oleh bangsa itu sendiri yang juga menjadi pembeda dengan bangsa lain. Setiap bangsa di dunia ini mempunyai identitas nasionalnya sendiri-sendiri sesuai dengan keunikan, sifat, ciri-ciri serta karakter dari bangsa tersebut. Identitras nasional suatu bangsa tidak bisa lepas dari bangsa itu sendiri karena identitas nasional merupakan jati diri sebuah bangsa. Setiap keunikan dan kekhasan yang dimiliki sebuah bangsa banyak dikaitkan dengan sebutan “identitas nasional”. Namun, proses pembentukan identitas nasional bukanlah sesuatu yang mudah yang bisa selesai begitu saja, tetapi sesuatu yang harus terus diperhatikan dan terus berkembang sesuai dengan perkembangan zaman.

Bangsa pada dasarnya adalah sekelompok manusia yang mempunyai persamaan sejarah, nasib, dan tujuan hidup. Bangsa mempunyai nasib yang sama dalam sejarahnya sehingga mempunyai watak dan karakter yang sama yang nantinya akan menentukan tujuan hidup suatu bangsa tersebut bersama-sama. Yang paling penting dari suatu bangsa adalah bangsa tersebut mendiami dan tinggal di wilayah yang sama yang nantinya akan membentuk sebuah identitas nasional sebagai bentuk kesatuan nasional. Dalam membentuk identitas suatu bangsa terdapat unsur-unsur pembentuknya, yaitu: sejarah, kebudayaan, suku bangsa, agama, dan bangsa. Di indonesia banyak terdapat suku, bahasa, dan agama, namun itu semua tidak membedakan identitas nasional bangsa Indonesia karena bangsa Indonesia mempunyai sejarah, nasib, dan tujuan hidup yang sama.

Idestitas nasional juga merupakan kepribadian bangsa, karena identitas itu sudah melekat di dalam diri tiap orang disuatu bangsa. Dalam melakukan aktivitas sehari-hari manusia pasti melakukan tindakan yang mencerminkan identitas nasional, entah itu dari perilaku, tutur bahasa atau pun sesuatu yg menjadi ciri khas bangsanya. Pengertian kepribadian dalam identitas nasional sebenarnya pertama kali muncul dari pakar psikologi. “Disebutkan bahwa manusia adalah makhluk sosial yang sebagai individu tidak dapat hidup tanpa manusia lainnya. Oleh karena itu, manusia dalam berinteraksi sehari-hari dengan manusia atau individu lainnya memiliki ciri khas tersendiri meliputi sifat, kebiasaan, tingkah laku, serta karakter untuk membedakan individu yang satu dengan individu lainnya. Namun, pada umumnya pengertian atau istilah kepribadian sebagai suatu identitas adalah keseluruhan dari faktor-faktor biologis, psikologis dan sosiologis yang mendasari tingkah laku individu dalam bersosialisasi. Tingkah laku tersebut terdiri atas kebiasaan, sikap, sifat-sifat serta karakter yang berada pada seseorang sehingga seseorang tersebut berbeda dengan orang yang lainnya. Oleh karena itu, kepribadian adalah tampak pada keseluruhan tingkah laku seseorang dalam hubungan dengan manusia lainnya (Ismaun, 1981: 6).[1]

            Di zaman yang modern ini, di mana banyaknya budaya luar yang masuk terutama budaya barat. Kita tidak bisa melawan arus untuk tidak terpengaruh dengan budaya luar karena sekarang adalah zamannya globalisasi semua budaya bercampur. Namun, dengan adanya globalisasi di zaman modern ini seharusnya kita bisa mengambil nilai positif untuk identitas nasional kita dengan cara mengambil hal-hal positif dari budaya negara lain dan mengkombinasikannya dengan budaya kita agar identitas nasional kita bisa lebih baik. Memang tidak mudah melakukan itu semua kita harus cerdas, kritis, dan bijaksana agar hal tersebut bisa berjalan lancar, contohnya dalam memodernisasikan negara ini dengan tidak menghilangkan indentitas nasional bangsa kita. Namun, di Indonesia masih ada suku yang menolak budaya luar masuk ke dalam wilayah mereka, yaitu suku Baduy. Mereka masih hidup dengan kesederhanaan, mereka tidak mau memakai barang-barang buatan luar. “Dalam keseharian mereka hanya berpakaian berwarna putih alami dan biru tua serta memakai ikat kepala putih dan golok. Pakaian mereka tidak berkerah dan berkancing, mereka juga tidak beralas kaki. Meraka pergi kemana-mana hanya berjalan kaki tanpa alas dan tidak pernah membawa uang. mereka tidak mengenal sekolah, huruf yang mereka kenal adalah Aksara Hanacara dan bahasanya Sunda. Mereka tidak boleh mempergunakan peralatan atau sarana dari luar. Jadi bisa di bayangkan mereka hidup tanpa menggunakan listrik, uang, dan mereka tidak mengenal sekolahan. Salah satu contoh sarana yang mereka buat tanpa bantuan dari peralatan luar adalah Jembatan Bambu. Mereka membuat sebuah Jembatan tanpa menggunakan paku, untuk mengikat batang bambu mereka menggunakan ijuk, dan untuk menopang pondasi jembatan digunakan pohon-pohon besar yang tumbuh di tepi sungai.[2] Mereka benar-benar tidak mau menerima budaya luar sedikit pun, mereka hanya mau mengikuti tradisi yang ada dan ingin mempertahankan kekhasan mereka.

Dalam kehidupan ini manusia tidak luput dari kesalahan-kesalahan. Dalam mempertahankan identitas nasional pun, ada oknum-oknum tertentu yang ingin memecah bangsa ini dengan mengatasnamakan identitas nasional. Dewasa ini sering muncul adanya kerusuhan-kerusuhan yang mengatasnamakan sara di Indonesia. Itu semua merupakan ulah orang-orang atau kelompok tertentu yang tidak bertanggung jawab yang hanya mementingkan urusannya sendiri. “Sebagai contoh adalah Kerusuhan Ambon (Maluku) yang terjadi sejak bulan Januari 1999 hingga saat ini telah memasuki periode kedua, yang telah menimbulkan korban jiwa dan harta benda yang cukup besar serta telah membawa penderitaan dalam bentuk kemiskinan dan kemelaratan bagi rakyat di Maluku pada umumnya dan kota Ambon pada khususnya.
Kerusuhan Ambon (Maluku) yang semula menurut pemahaman kalangan masyarakat awam sebagai sebuah tragedi kemanusiaan yang disebabkan oleh suatu tindak kriminal biasa, ternyata berdasarkan fakta-fakta yang ditemukan di lapangan merupakan sebuah rekayasa yang direncanakan oleh orang atau kelompok tertentu demi kepentingannya sendiri dengan mempergunakan isu SARA dan beberapa faktor internal didaerah (seperti kesenjangan ekonomi, diskriminasi dibidang pemerintahan dll) untuk tetap menjalankan skenario yang ditetapkan. Begitu matang dan terencanyanya rencana yang dilakukan yang diikuti dengan berbagai penyebaran isu yang menyesatkan, seperti adanya usaha-usaha dari kelompok separatis RMS (Republik Maluku Selatan) yang sengaja diidentifisir dengan Republik Maluku Serani (Kristen), adanya usaha untuk membantai umat Islam di Maluku, keterlibatan preman Kristen Jakarta, isu pemasokan senjata kepada umat Kristen di Maluku dari Israel dan Belanda, serta berbagai isu menyesatkan lainnya telah menimbulkan semakin kuat dan mengentalnya sikap dan prilaku fanatisme terhadap masing-masing agama (Islam dan Kristen).[3]
Dari kasus kerusuhan Ambon tersebut terlihat bahwa adanya kelompok tertentu yang memanfaatkan keragaman SARA yang ada di Indonesia sebagai ciri khas identitas nasional untuk kepentingannya sendiri. Hal tersebut sangat berdampak negatif untuk Ambon dan sekitarnya, bahkan sampai penjuru Indonesia pun ikut terkena dampaknya terutama dalam perbedaan agama. Terjadi saling menghina agama satu sama lain apa lagi sampai ada peledakan bom yang sangat mencoreng nama baik agama yang dibawa-bawa terutama islam.
___________________________ [2] http://pakarbisnisonline.blogspot.com/2010/01/kebudayaan-suku-baduy.html

Amalia Ridhawati
Industrial Engineering
1112003021

0 comments:

Post a Comment

 
Copyright (c) 2010 House of Citizenship. Design by WPThemes Expert

Themes By Buy My Themes, Gifts for GirlFriend And Skull Belt Buckles.